Ayub pasal 1
Ada orang yang telah berjuang dengan segenap kerasnya tapi akhirnya mendapat hasil sedikit saja dan ada juga orang yang berjuang seadanya saja
namun mendapatkan lebih. Saat kita perhatikan mereka yang mendapat sedikit
rejeki dalam hidup ini, segera muncul rasa iba dan belas kasihan. Bahkan juga
ada yang mengatakan, “Jika nanti aku diberi banyak oleh Tuhan, aku akan
membagikan sebagian kepada mereka yang berkekurangan”. Selanjutnya, bila kita perhatikan mereka yang
mendapat rejeki banyak dalam hidup ini, rasa kagum segera muncul dalam hati
kita dan mungkin juga kita berkata, “Kapan aku seperti dia”?
Ada seorang pemuda sedang mengamati orang-orang susah
yang tinggal di gubuk-gubuk, berpakaian dan berkesehatan buruk. Melihat itu,
dia langsung katakan pada dirinya sendiri, “Aku tidak mau nanti kalau hidupku
seperti ini”. Kemudian tidak jauh dari
tempat itu, dia juga melihat orang-orang kaya yang rumah-rumahnya megah bagaikan
istana raja, mereka memiliki pakaian yang mahal-mahal, makanan enak dengan mobil-mobil mewah di depan rumah. Saat itu juga, dia katakan lagi pada
dirinya sendiri, “Saya ingin hidupku nanti seperti mereka”.
Setelah berkeluarga, dan melakukan berbagai kerja keras, pemuda
ini akhirnya mendapatkan keinginannya. Ia memiliki rumah megah yang bagai
istana, mobil-mobil mewah, kelimpahan makanan dan uang yang sangat banyak, yang
mungkin tidak habis dipakai sampai lima keturunan. Orang ini memperhatikan
dirinya dan melihat semua yang dimilikinya itu, tentu membuat ia bangga dan
terkagum-kagum. Lalu ia bertanya sendiri, “Kok bisa yah”? Lalu ia segera
teringat akan langkah demi langkah yang pernah ditempuhnya, mulai saat dia
menjadi pemulung, tukang bakso, punya rumah makan lalu membuka beberapa cabang,
hingga bisa membangun beberapa hotel bintang lima, punya banyak pesawat serta
kapal pesiar dalam waktu tidak lebih 20 tahun. Dia melaluinya bak jalan tol
hampir tak ada hambatan yang berarti. Dan ia terus bertanya, lalu mengapa orang
lain tidak mencoba melakukan seperti yang saya coba, lalu mereka kaya raya dan
tidak hidup melarat? Setelah menimbang-nimbang akhirnya ia simpulkan: a...h...
mereka itu bodoh dan pemalas, memang itulah yang pantas bagi mereka. Orang kaya
ini tidak lagi memikirkan bahwa ada saja sebagian dari mereka yang pernah
mencoba namun tidak bisa menebus batas wilayah kemiskinan itu.
Orang kaya ini memandang semua yang dihasilkannya sebagai
hasil kerja keras semata dan bukan berkat dari Yang Maha Kuasa. akibatnya, setahun
kemudian beberapa dari kapalnya tenggelam, pesawatnya jatuh hingga dilarang
terbang, hotel-hotelnya menjadi sepi dan akhirnya biaya perusahaan lebih besar
dari pada pendapatan. Hidupnya dililit hutang dan sampai akhirnya semua
perusahaannya diambil alih oleh orang lain. Wao... kisah itu bagaikan mimpi
saja. kekayaan datang dalam Sekejap dan sekejab kemudian pergi.
Oleh karena itu, jika kita kaya janganlah menjadi sombong,
mungkin Tuhan telah tahu bahwa jika kita miskin nanti kita akan kecewa, melawan
Dia, menyakiti diri sendiri dan sesama. dan Jika kita miskin, janganlah menjadi
kecewa. Karena mungkin Tuhan telah tahu sebelumnya bahwa sekalipun kita miskin,
kita akan mampu menanggungnya, sehingga Tuhan menjadikan kita teladan bahwa
dalam kemiskinanpun masih ada kita yang tetap percaya pada-Nya. Karena itu, bukan alasan untuk sombong kalau kaya dan kecewa kalau miskin dalam hidup
ini.
Pernyataan dan contoh kisah di atas mengajarkan kita
bahwa harta milik kita hanyalah titipan dari Tuhan untuk kita kelola dengan
baik dan tidak perlu disombongkan tapi disyukuri. Artinya kita mengaku bahwa
semua itu dari Tuhan dan untuk Tuhan. percayalah bahwa Tuhan bisa memberi dan
mengambilnya kapan saja. Dan kemiskinan juga bukanlah alasan untuk kecewa dan
berbuat jahat dalam hidup ini. karena sesungguhnya, kita dilahirkan bukan untuk
mencari dan mengumpulkan uang. Menjadi kaya atau miskin bukanlah hal terpenting.
Izinkan saya untuk memberikan pernyataan yang sangat
penting:
Uang Tuhan berikan bukan untuk
dijadikan ukuran kekayaan dan kemiskinan melainkan uang harus ada untuk Tuhan
pakai sebagai alat uji bagi Karakter dan Iman. Tanpa uang Tuhan bisa membuat
dunia dan kehidupan ini bisa berjalan. karena itu, jika kita hidup biarlah kita
hidup untuk memberi buah bukan mencari uang saja. Amin
Oleh: Yanurudi Zega
Tidak ada komentar:
Posting Komentar