Di
dalam Yohanes 19:30 dapat dibaca mengenai saat-saat terakhir penderitaan Yesus
pada kayu salib, “Sesudah Yesus meminum
anggur asam itu, berkatalah Ia: “Suda selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya
dan menyerahkan nyawa-Nya.”
Di
sini perkataan bahasa Yunani yang diterjemahkan “sudah selesai” merupakan
pilihan kata yang paling sempurna yang dapat dipakai. Itulah kata kerja dalam
bentuk perfek itu sendiri mengandung dengan tuntas, dan hasilnya masih tuntas
sampai sekarang (sempurna). Untuk menggambarkannya: “sudah disempurnakan dengan
sempurna” atau sudah dipenuhi dengan sepenuhnya”. Artinya, benar-benar selesai,
sehingga tidak diperlukan apa-apa lagi untuk menambahkan kesempurnan.
Segala
sesuatu yang perlu dilakukan untuk membayar lunas hukuman atas dosa-dosa
manusia dan membeli kebebasan dan keselamatan semua manusia sudah dikerjakan
melalui penderitaan dan kematian Yesus pada kayu salib. Jika kita mengajarkan, bahwa masih ada yang
harus dilakukan di samping apa yang telah dilakukan oleh Kristus, sesungguhnya
kita menolak mengakui bahwa karya penebusan Yesus sempurna.
Dengan
demikian, jika seseorang ingin mengusahakan sendiri keselamatannya dengan
perbuatan yang baik, baik seluruhnya
ataupun sebagian saja, sesungguhnya ia menghina Allah Bapa dan Allah Anak.
Mengapa? Karena hal itu menimbulkan kesan seolah-olah karya penebusan dan
keselamatan yang sejak semula direncanakan oleh Anak-Nya itu belum cukup, belum
selesai. Ini jelas bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh seluruh
Perjanjian Baru.
Rasul Paulus dengan tegas dan secara
berulang kali mengajarkan hal ini. Di dalam Roma 4:4-5 ia menulis, “Kalau ada
orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai
haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia
yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.”
Perhatikan
ungkapan “orang yang tidak bekerja, namun percaya”. Jelas dikatakan di situ,
untuk mendapatkan keselamatan ada satu syarat yang harus dipenuhi: orang itu
sama sekali tidak boleh bekerja. Ia harus berhenti berusaha melakukan sesuatu
untuk memperoleh keselamatan. Sebagai suatu imbalan. Keselamatan hanya
diperoleh karena iman. Selama manusia masih juga berusaha melakukan sesuatu
untuk memperoleh keselamatannya, ia tidak akan mengalami keselamatan yang
diberikan Allah, sebab keselamatan itu
hanya diperoleh dengan percaya.[1]
Paulus
menegaskan kebenaran ini dalam Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Perhatikan
bahwa di dalam tulisan bahasa Yunani, Paulus memakai kata kerja bentuk perfek,
artinya “kamu sudah diselamatkan”. Ayat ini mengatakan bahwa kita sudah
diselamatkan sekarang juga, pada waktu masih hidup di dunia ini. Jadi,
keselamatan itu bukanlah sesuatu yang baru didapatkan sesudah kematian.
Keselamtan
bukanlah ‘upah’ dari perbuatan baik, melainkan ‘karunia’ dari Allah. Hal ini
dijelaskan oleh Paulus dalam Titus 3:5, “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan
kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena
rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang
dikerjakan oleh Roh Kudus…” melalui ayat ini cukup jelas, Dia telah menyelamatkan kita bukan karena perbuatan baik yang telah
kita lakukan, tetapi karena rahmatNya. Jika kita diselamatkan, hal itu
bukan terjadi karena perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi karena belas
kasihan dan rahmat Allah semata-mata.[2]
By Yanu Zega
By Yanu Zega
Tidak ada komentar:
Posting Komentar