Minggu, 27 Mei 2012

Diselamatkan Hanya Oleh Karena Iman


Di dalam Yohanes 19:30 dapat dibaca mengenai saat-saat terakhir penderitaan Yesus pada kayu salib,  “Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Suda selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.”
Di sini perkataan bahasa Yunani yang diterjemahkan “sudah selesai” merupakan pilihan kata yang paling sempurna yang dapat dipakai. Itulah kata kerja dalam bentuk perfek itu sendiri mengandung dengan tuntas, dan hasilnya masih tuntas sampai sekarang (sempurna). Untuk menggambarkannya: “sudah disempurnakan dengan sempurna” atau sudah dipenuhi dengan sepenuhnya”. Artinya, benar-benar selesai, sehingga tidak diperlukan apa-apa lagi untuk menambahkan kesempurnan.
Segala sesuatu yang perlu dilakukan untuk membayar lunas hukuman atas dosa-dosa manusia dan membeli kebebasan dan keselamatan semua manusia sudah dikerjakan melalui penderitaan dan kematian Yesus pada kayu salib.  Jika kita mengajarkan, bahwa masih ada yang harus dilakukan di samping apa yang telah dilakukan oleh Kristus, sesungguhnya kita menolak mengakui bahwa karya penebusan Yesus sempurna.
Dengan demikian, jika seseorang ingin mengusahakan sendiri keselamatannya dengan perbuatan yang baik,  baik seluruhnya ataupun sebagian saja, sesungguhnya ia menghina Allah Bapa dan Allah Anak. Mengapa? Karena hal itu menimbulkan kesan seolah-olah karya penebusan dan keselamatan yang sejak semula direncanakan oleh Anak-Nya itu belum cukup, belum selesai. Ini jelas bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh seluruh Perjanjian Baru.
          Rasul Paulus dengan tegas dan secara berulang kali mengajarkan hal ini. Di dalam Roma 4:4-5 ia menulis, “Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.”
Perhatikan ungkapan “orang yang tidak bekerja, namun percaya”. Jelas dikatakan di situ, untuk mendapatkan keselamatan ada satu syarat yang harus dipenuhi: orang itu sama sekali tidak boleh bekerja. Ia harus berhenti berusaha melakukan sesuatu untuk memperoleh keselamatan. Sebagai suatu imbalan. Keselamatan hanya diperoleh karena iman. Selama manusia masih juga berusaha melakukan sesuatu untuk memperoleh keselamatannya, ia tidak akan mengalami keselamatan yang diberikan  Allah, sebab keselamatan itu hanya diperoleh dengan percaya.[1]
Paulus menegaskan kebenaran ini dalam Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” Perhatikan bahwa di dalam tulisan bahasa Yunani, Paulus memakai kata kerja bentuk perfek, artinya “kamu sudah diselamatkan”. Ayat ini mengatakan bahwa kita sudah diselamatkan sekarang juga, pada waktu masih hidup di dunia ini. Jadi, keselamatan itu bukanlah sesuatu yang baru didapatkan sesudah kematian.
Keselamtan bukanlah ‘upah’ dari perbuatan baik, melainkan ‘karunia’ dari Allah. Hal ini dijelaskan oleh Paulus dalam Titus 3:5, “Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus…” melalui ayat ini cukup jelas, Dia telah menyelamatkan kita bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya. Jika kita diselamatkan, hal itu bukan terjadi karena perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi karena belas kasihan dan rahmat Allah semata-mata.[2]
By Yanu Zega


[1] Derek Prince. Bertobat dan Percaya (Jakarta: Immanuel, 1995) hlm 72-74
[2] Ibid hlm 75-78

Tidak ada komentar:

Posting Komentar